Tari Ronggeng: Pesona Budaya Tradisional yang Mendunia

Tari Ronggeng: Pesona Budaya Tradisional yang Mendunia
Tarian tradisional./Dok Disparbud

PANGANDARAN TODAY – Tari ronggeng bukan hanya bagian dari warisan budaya Indonesia, tetapi juga memiliki daya tarik yang kuat bagi wisatawan asing. Mereka tertarik menyaksikan keindahan dan keunikan budaya lokal, serta merasakan pengalaman autentik melalui pertunjukan tari ini.

Tarian ronggeng amen yang digelar oleh PT. Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita) Jawa Barat berkolaborasi dengan Paser (Paguyuban Seni Ronggeng) di panggung terbuka Pondok Seni, objek wisata Pantai Pangandaran, memikat wisatawan asal Belanda pada Minggu malam (28/1/2024).

Meskipun sempat diguyur hujan, semangat untuk menampilkan kesenian ronggeng amen tidak surut. Beberapa wisatawan asing bahkan bergabung dengan pengunjung lainnya, mengikuti gerakan demi gerakan yang dimainkan oleh 10 penari ronggeng setelah mendapatkan kain selendang sebagai simbol ajakan.

Sebelum pertunjukan utama, anak-anak dari Sanggar Tari Putra Rengganis unjuk kebolehan dengan seni tari tradisional Jawa Barat. Busana anggun dan gemerlap serta gerakan lembut namun penuh makna merupakan ciri khas dari tari ronggeng. Musik pengiring seperti gamelan dan gendang menambah nuansa magis pada pertunjukan tersebut.

Meskipun popularitasnya tinggi, tari ronggeng menghadapi berbagai tantangan. Pengaruh modernisasi dan globalisasi bisa mengancam kelestarian budaya ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya pelestarian dan promosi yang lebih intensif.

Untuk tetap relevan di era modern, tari ronggeng juga mengalami inovasi dalam pertunjukannya. Kolaborasi antara Paser dan Jaswita serta peran pemerintah menjadi cara penting untuk menjaga keberlangsungan dan daya tariknya.

Ketua Paser Jawa Barat, Yus Rusliadi, mengatakan bahwa sebelum pandemi, kesenian tradisional ronggeng amen rutin digelar setiap minggu untuk menghidupkan Pondok Seni dan menarik wisatawan. “Kegiatan ini sempat vakum karena pandemi. Kami berharap dengan diadakannya kembali kesenian tradisional ini bisa membangkitkan para paser di daerah-daerah sehingga menambah daya tarik wisatawan ke Pangandaran,” ujarnya.

Menurut Yus, tarian ronggeng amen dari Pangandaran telah melahirkan paser-paser di beberapa daerah seperti Tasikmalaya, Ciamis, dan Kota Banjar. “Karena lebih dari tiga kabupaten dan kota, maka disebut Paser Jawa Barat,” jelasnya. Ia berharap pemerintah daerah dan pelaku usaha wisata ikut membantu mempromosikan seni tradisional ini.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Sugeng, yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasinya kepada Jaswita yang memberikan ruang untuk menampilkan seni tari ronggeng. “Penampilan kesenian tradisional ini diharapkan bisa menambah daya tarik wisatawan, sehingga Pangandaran menjadi daerah pariwisata yang mendunia,” ucapnya.

Sugeng menyatakan bahwa Dinas Pariwisata akan berkolaborasi dengan Jaswita, pelaku seni, dan pemandu wisata untuk mengembangkan seni tradisional ini. Bahkan, mereka akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk menggiatkan kegiatan seni tradisional ini di sekolah-sekolah agar tetap lestari di kalangan generasi muda.

Sementara itu, Manager PT Jaswita Jabar, Dani Ramdhani, mengatakan bahwa sebagai langkah awal, pihaknya melakukan registrasi pada kegiatan ini untuk mengetahui seberapa besar minat terhadap seni budaya ronggeng. “Kami butuh data seberapa besar peminat seni tradisional yang bisa ditampilkan di panggung terbuka Pondok Seni,” ucap Dani.

Dengan berbagai upaya ini, tari ronggeng diharapkan terus menjadi daya tarik budaya yang tidak hanya memikat wisatawan domestik tetapi juga mancanegara. Inovasi dan kolaborasi antar pihak terkait akan menjadi kunci utama dalam menjaga kelestarian dan keunikan seni tradisional ini.***

Pos terkait