TNI AL Gelar Pelatihan Budidaya Udang Vaname di Bojongsalawe Pangandaran

TNI AL Gelar Pelatihan Budidaya Udang Vaname di Bojongsalawe Pangandaran
Dari kiri Kadispotmar AL Laksamana Pertama TNI Suradi bersama Danlanal Bandung Kolonel Laut Renny Setiowati saat membuka pelatihan budidaya udang vaname di Bojongsalawe Parigi Kab Pangandaran, Rabu, 8 Juni 2022.

PANGANDARANTODAY- Sekitar 20 orang warga nelayan di Bojongsalawe, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran mengikuti pelatihan budidaya udang vaname, Rabu, 8 Juni 2022.

Pelatihan yang digelar oleh TNI Angkatan Laut melalui Lanal Bandung itu bertujuan dalam rangka untuk ketahanan pangan nasional.

Kadispotmar AL Laksamana Pertama TNI Suradi yang didampingi Komandan Lanal Bandung Kolonel Laut (KH/W) Renny Setiowati mengatakan, TNI Angkatan Laut memiliki beberapa program yang salah satunya adalah memberikan pelatihan budidaya udang vaname kepada masyarakat nelayan pesisir untuk pemulihan ekonomi masyarakat dan ketahanan pangan nasional.

“Karena selain budidaya udang vaname sangat mudah untuk dilakukan, juga permintaan pasar Internasional yang tinggi. Ini merupakan peluang yang besar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Suradi di Pangandaran.

Kadis Kelautan, Perikanan dan Ketahanan Pangandaran Kab Pangandaran Dedi Surachman menyampaikan, dari 91 kilometer garis pantai yang dimiliki Kab Pangandaran, ada 61 kilometer yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat budidaya udang vaname.

“Namun dari 61 kilometer, baru 63 persen yang sudah digunakan untuk budi daya. Jadi masih cukup banyak lokasi untuk dijadikan tempat budidaya udang vaname di Kab Pangandaran,” kata Dedi.

Seraya dirinya menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasinya kepada TNI Angkatan Laut yang telah menggelar pelatihan bagi masyarakat nelayan, seperti yang dilaksanakan saat ini kepada puluhan warga nelayan yang ada di Bojongsalawe Parigi.

Selain menggelar pelatihan, TNI Angkatan Laut juga menyerahkan bantuan kepada para peserta pelatihan yang merupakan warga nelayan Bojongsalawe Parigi.

Tampak hadir dalam pembukaan pelatihan budidaya udang vaname tersebut, Asisten II Sekretariat Daerah Kab Pangandaran Drs. H. Dadang Dimyati, Kapolres Pangandaran AKBP. Hidayat, Kodim 0613 Ciamis yang diwakili Danramil Parigi, Syahbandar UPP Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan  serta UPTD Kelautan dan Perikanan Kab Pangandaran Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Budidaya Udang Vaname di Indonesia

Dilansir dari laman kkp.go.id, Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu udang putih yang cukup komersial (BBAP Situbondo, 2006). Udang vaname
merupakan spesies asli perairan Pasific, yang banyak ditemukan di pantai Barat Meksiko hingga Peru.

Udang ini mulai diperkenalkan untuk dibudidayakan di Asia pada tahun 1996 di Taiwan dengan mengimpor calon induk vaname dari Hawaii.

Baca juga:  Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Kapolres Pangandaran: Jangan Sampai Pancasila hanya Jadi Legenda Semata

Selanjutnya upaya ini menjalar ke Cina, Myanmar, Indonesia dan dibeberapa negara di Asia Tenggara. Udang vaname memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya, beberapa keunggulan tersebut, antara lain:

– Laju pertumbuhan mencapai 1-1,5 gr/ minggu;
– Bisa dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi (80 – 500 ekor/m2);
– Toleran terhadap salinitas (0,5 – 45 %0);
– Kebutuhan protein pakan lebih rendah (20 – 30%) dibandingkan spesies
lain;
– FCR lebih rendah (1: 1.1-1.2);
– Ukuran panen seragam; dan jumlah yang under size rendah.

Budidaya udang vaname di Indonesia saat ini merupakan andalan sektor perikanan budidaya dan menjadi prioritas pengembangan akuakultur di Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional.

Dalam periode 2012 – 2018 kontribusi nilai ekspor udang terhadap nilai ekspor perikanan Indonesia rata-rata mencapai 36,27 % (BPS, 2019). Artinya komoditas udang memiliki
peranan yang sangat signifikan terhadap kinerja ekspor komoditas perikanan
Indonesia.

Produksi udang dunia berdasarkan FisStat (2019) tumbuh rata-rata 5,39 % per tahun dengan dominasi produksi berasal dari perikanan budidaya sebesar 9,59 % per tahun dan dari perikanan tangkap mencapai 0,92 % per tahun (Soebjakto, S. 2019). Produksi udang budidaya secara nasional meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir dengan produksi 638.955 ton (2013)
menjadi 920.051 ton (2017) dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 10,38%.

Pada tahun 2018 tercatat volume ekspor udang sebesar 197,43 ribu ton dengan nilai USD 1.742,12 juta (DJPB, 2019). Pada periode tahun 2019 capaian produksi udang 517.397 ton dan ditargetkan mengalami kenaikan sebesar 250 % pada tahun 2024 menjadi sebesar 1.290.000 ton dengan nilai produksi dari 36,22 Trilyun pada 2019 menjadi sebesar 90.30 Trilyun pada 2024 (KKP, 2020).

Sebaran Potensi dan Peta Sentra Produksi

Potensi sumberdaya akuakultur Indonesia sangat besar, total luas lahan indikatif mencapai 17,2 juta hektar dan diperkirakan memiliki nilai ekonomi langsung sebesar USD 250 milyar per tahun. Dari potensi itu, khusus untuk pengembangan budidaya air payau memiliki porsi potensi hingga mencapai 2,8 juta hektar. Namun pemanfaatannya diperkirakan baru sekitar 21,64 % atau
seluas 605.000 hektar, dimana dari luas tersebut pemanfaatan lahan tambak produktif untuk budidaya udang diperkirakan mencapai 40% atau baru 242.000 hektar saja (KKP, 2018).

Baca juga:  Tips Diet Sehat untuk Penderita Penyakit Jantung Lewat NGOBATAN oleh Ahli Gizi RSUD Pandega Pangandaran

Saat ini jumlah petambak yang bekerja pada sektor budidaya air payau mencapai 389 ribu orang (KKP, 2019). Jumlah petambak atau sumber daya manusia yang dibutuhkan bekerja pada sektor ini akan terus meningkat dengan program peningkatan produksi perikanan hingga tahun 2024 terutama produksi udang yang akan menargetkan penambahan luas lahan 100.000 hektar (KKP,
2020).

Budidaya udang vaname di Indonesia sudah berkembang pesat di sentra produksi perikanan seluruh wilayah Indonesia dan akan dikembangkan di beberapa wilayah baru terutama di wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku dan Maluku Utara.

Saat ini produktivitas budidaya udang vaname berkisar antara 10 – 50 ton/hektar/siklus tergantung model budidaya yang dikembangkan mengikuti kemajuan teknologi dari sistem semi intensif hingga super intensif (KKP, 2020)

Peluang Pengembangan Berdasarkan Pasar

Menurut Research and Markets 2021, Pasar udang global bernilai USD 39,24 juta pada 2019 yang diproyeksikan tumbuh 1,5% per tahun dengan volume 4,2 juta MT pada tahun 2019 dan diproyeksikan tumbuh dengan estimasi 1,4% per tahun. Menurut data BPS tren ekspor udang indonesia 2015 – 2019 memiliki tren positif dengan kenaikan volume 4,21 % dan kenaikan nilai
0,55 % (BPS, 2019).

Pasar dunia diperkirakan membutuhkan 13 sampai 15 juta ton pasokan udang per tahun dengan suplai yang sudah terpenuhi berdasarkan data 2017 sebesar 8,77 juta ton dan didominasi oleh sektor budidaya sebesar 6,09 juta ton (Soebjakto, 2019).

Berdasarkan data International Trade Center (2019) kontribusi nilai ekspor produk udang Indonesia tahun 2018 terhadap total nilai ekspor udang dunia mencapai 6,84 % dan menduduki posisi 5 terbesar dunia setelah India (18,63 %), Ekuador (12,96 %), Vietnam (12,75 %) dan China (9,01 %).

Dengan luas lahan budidaya yang baru termanfaatkan hanya 21,64 %, dan permintaan udang dunia yang sangat besar maka Indonesia sangat potensial menjadi pemasok utama udang dunia.

Peluang Pengembangan Berdasarkan Pasar

Menurut Research and Markets 2021, Pasar udang global bernilai USD 39,24 juta pada 2019 yang diproyeksikan tumbuh 1,5% per tahun dengan volume 4,2 juta MT pada tahun 2019 dan diproyeksikan tumbuh dengan
estimasi 1,4% per tahun. Menurut data BPS tren ekspor udang indonesia 2015 – 2019 memiliki tren positif dengan kenaikan volume 4,21 % dan kenaikan nilai 0,55 % (BPS, 2019).

Baca juga:  Bupati Pangandaran Paparkan Kinerja Pemerintah Daerah Anggaran 2024

Pasar dunia diperkirakan membutuhkan 13 sampai 15 juta ton pasokan udang per tahun dengan suplai yang sudah terpenuhi berdasarkan data 2017 sebesar 8,77 juta ton dan didominasi oleh sektor budidaya sebesar 6,09 juta
ton (Soebjakto, 2019).

Berdasarkan data International Trade Center (2019) kontribusi nilai ekspor produk udang Indonesia tahun 2018 terhadap total nilai ekspor udang dunia mencapai 6,84 % dan menduduki posisi 5 terbesar dunia setelah India (18,63 %), Ekuador (12,96 %), Vietnam (12,75 %) dan China (9,01 %). Dengan luas lahan budidaya yang baru termanfaatkan hanya 21,64 %, dan permintaan udang dunia yang sangat besar maka Indonesia sangat potensial menjadi pemasok utama udang dunia.

Kendala dan Solusi Dalam Budidaya Udang

Secara umum, produksi udang global telah stabil tetapi wabah penyakit yang serius telah menyebabkan kerugian yang luas bagi tambak di negaranegara seperti India, Vietnam, dan Thailand. Kendala budidaya udang di Indonesia, antara lain:

a. Serangan penyakit.
Diatasi dengan menerapkan sistem budidaya udang yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity dan keamanan pangan.

b. Permodalan dan teknis.
Diatasi dengan kolaborasi antara pemerintah dan perbankan. Permasalahan teknis produksi dapat diatasi dengan memaksimalkan peran institusi riset untuk mengatasi masalah teknis produksi yang penerapannya langsung di masyarakat.

c. Regulasi yang rumit yang menyebabkan industri udang lambat dalam
ekspansi/ pengembangan usaha.
Diatasi dengan adanya sinergitas antar lembaga untuk penyederhanaan ijin dan moratorium penindakan ijin usaha tambak.

d. Pembangunan infrastruktur yang tidak merata di berbagai sentra tambak udang dan kurangnya integrasi antara pemroses di hilir dan petambak di hulu.
Pemerintah perlu membangun infrastruktur yang mendukung sektor swasta agar lebih tertarik untuk berinvestasi pada sektor budidaya udang.

e. SDM dan keterlibatan kaum muda untuk bekerja di dunia perudangan.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan unsur teknologi digital dalam budidaya udang yang saat ini menjadi tren bagi kaum milenial dalam melakukan pekerjaan di berbagai bidang.***